Entri Populer

Kamis, 17 Maret 2011

pengaruh iklan xl terhadap minat pembeli


BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang Masalah
Sejak televisi diciptakan hingga saat ini, mempunyai pengaruh  kuat dalam kehidupan manusia. Begitu pula dengan teknologi informasi dan komunikasi, berkembang dengan pesatnya mendorong bangsa-bangsa di dunia memasuki era globalisasi. Dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi terkait dengan tiga komponen dalam kehidupan, antara lain yaitu informasi, kesadaran atau pengetahuan, dan aksi. Televisi (TV) adalah sebagai salah satu media elektronik yang mempunyai beberapa keunggulan dalam hal media penyampai informasi ke khalayak dengan metode gambar yang menarik bagi publik.
Sebagai media komersial, iklan yang ditayangkan di Televisi merupakan wahana bagi produsen untuk menggugah kesadaran dan memperlakukan calon konsumen agar bertindak sesuai dengan pesan yang disampaikan. Periklanan merupakan salah satu bagian dari usaha pemasaran yang cukup penting dilakukan oleh perusahaan, lembaga, ataupun instansi untuk meningkatkan penjualan. Iklan dirancang untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan sikap, serta mengharapkan adanya suatu tindakan dari calon konsumennya yang menguntungkan produsen (pengiklan).
Dalam perkembangannya terdapat berbagai macam bentuk iklan di berbagai media massa, baik iklan visual, audio maupun iklan audio visual yang kesemuanya itu bertujuan maximing profit bagi pemilik faktor produksi. Dalam tampilan iklan yang muncul di berbagai media tersebut terdapat berbagai macam tanda yang dibuat oleh pengiklan dalam usahanya untuk menarik minat produsen. Hal ini disebabkan karena para konsumen kini semakin menganggap iklan sebagai sumber informasi tantang produk atau barang serta jasa yang tersedia. Pilihan dan tindakan konsumen lebih banyak dipengaruhi oleh periklanan yang disebarkan oleh media massa.
Iklan atau yang lebih dikenal dengan istilah advertising didefinisikan sebagai kegiatan memperkenalkan barang atau jasa melalui media massa atau bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menginterpretasikan kualitas suatu produk barang atau jasa berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen (kasali, 1995: 45). Apalagi dengan adanya anggapan bahwa konsumen akan lebih mementingkan merek ketimbang kualitas dari produk itu sendiri memunculkan polemik bahwa keberhasilan dalam penjualan produk terletak pada iklan yang berkualitas.
Menurut Institut Praktisi Periklanan Inggris, iklan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang dan jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya (Jefkins, 1997: 4). Perilaku konsumen terdiri dari aktivitas-aktivitas yang melibatkan orang-orang sewaktu sedang menyeleksi hingga pada membeli (menggunakan) produk untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan mereka.
Saat ini berbagai macam iklan dapat dilihat di media-media massa khususnya televisi. Seperti yang diungkapkan oleh Schramm (Kuswandi, 1996: 25) bahwa televisi menjadi sarana yang sangat efektif untuk mempropagandakan hasil produksi dalam mencari keuntungan secara materi dalam kemasan iklan. Dengan banyaknya televisi swasta di Indonesia antara lain: Indosiar, Metro Tv, RCTI, ANTV, Global TV, Trans TV, Trans 7, SCTV, MNC TV dan  Tv One semakin menyuburkan produksi iklan di tanah air, dan menjadikan iklan semakin sulit dipisahkan dalam kehidupan kita.
Iklan yang disajikan di televisi dianggap mampu mempengaruhi persepsi masyarakat terutama remaja terhadap suatu produk yang ditawarkan. Hal ini dikarenakan secara psikologis remaja masih berada dalam proses pencarian jati diri dan sangat sensitif terhadap pengaruh dari luar. Salah satu produk yang marak diekspose dalam bentuk iklan adalah produk-produk kecantikan salah satunya adalah produk XL Versi Baim sebagian besar konsumennya adalah remaja.
Salah satu iklan yang menarik perhatian konsumen  remaja  saat ini adalah iklan produk XL dengan  icon  terbarunya,  Baim.  Iklan tersebut ingin menunjukkan bahwa kartu XL merupakan kartu yang memilik tarif  murah untuk mengakses internet. XL merupakan salah satu produk dari PT. Excelindo Tbk yang merupakan salah satu provider telekomunikasi terkemuka di Indonesia.
Iklan XL ini menunjukkan keinginannya untuk dapat memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia, terutama para remaja yang senang melakukan interaksi dengan banyak orang. Interaksi yang mereka lakukan bisa dengan cara menelepon, mengirimkan sms (Short Message Service), maupun melalui jejaring sosial yang saat ini semakin dikenal. Kartu XL ini berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan memberikan tarif yang murah, terutama untuk mengakses internet dan jejaring sosial yang digemari para remaja, yaitu dengan harga Rp 1/KB seperti yang terlihat jelas dalam iklan tersebut.
Tarif internet murah yang diberikan XL tersebut dapat memberikan keuntungan bagi para pelanggannya, terutama bagi para penggemar situs jejaring sosial (Facebook, Twitter, dll).
Di dalam iklan tersebut ditunjukkan bahwa ada seorang anak kecil yang bernama Baim dengan mudahnya berkomunikasi menggunakan handphone dengan Pamannya dan dengan tarif murah yang ditawarkan XL, Baim santai mengobrol dan bermain tebak-tebakkan.
Perancang iklan XL ini tampaknya ingin memberikan suasana yang ceria dan menyenangkan agar dapat diingat dengan mudah oleh para konsumen dan calon konsumen. Dari awal sampai akhir, iklan ini selalu memberikan warna yang cerah.  
Iklan XL Versi Baim ini akhirnya selalu diingat para penonton, dari berbagai kalangan. Dalam iklan ini XL menunjukkan bahwa memiliki tarif terjangkau dan mudah digunakan oleh siapa saja, termasuk anak-anak.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang Iklan XL Versi Baim dan pengaruhnya terhadap minat beli mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2008-2009.


2.    Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Sejauhmanakah pengaruh  iklan XL  versi  Baim di televisi swasta terhadap minat beli mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU Medan angkatan 2008-2009?”.

3.    Pembatasan Masalah
            Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas yang dapat mengaburkan penelitian, maka perlu dibuat batasan-batasan masalah yang akan diteliti secara spesifik. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah :
1.      Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi variabel yang lain.
2.      Penelitian ini dibatasi pada iklan XL Versi Baim yang ada di stasiun Trans TV dan RCTI.
3.      Minat beli yang dimaksud adalah dorongan untuk membeli suatu iklan.
4.      Objek penelitian ini adalah mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2008-2009
5.      Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November – Desember 2010.

4.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
4.1    Tujuan penelitian
a.  Untuk mengetahui hubungan intensitas iklan XL Versi Baim di televisi swasta di Indonesia.
b. Untuk mengetahui hubungan antara iklan XL Versi Baim terhadapa minat beli mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2008-2009.

4.2    Manfaat Penelitian
a.    Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan di lingkungan FISIP USU khususnya dibidang ilmu komunikasi.
b.    Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis, khususnya tentang Komunikasi massa dan periklanan.
c.    Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian sejenis.

5.    Kerangka Teori
Kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir yang menunjukkan dari sudut mana masalah yang telah dipilih akan disoroti (Nawawi, 1995:40)
Kerlinger menyebutkan teori merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi antara variable, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2002:6). Dalam penelitian ini model teori yang dianggap relevan adalah teori Komunikasi dan Komunikasi Massa, Media Massa, Televisi, Iklan, Teori AIDDA, Minat Beli dan Remaja.
5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa
Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur kembali, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relations). Masyarakat paling sedikit dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain, yang disebabkan oleh hubungan tersebut menimbulkan interaksi sosial disebabkan oleh interkomunikasi (Intercommunication) (Effendi, 2004:3).
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berati “sama”, communico, communication, atau communicare yang berate “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering dipakai sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama (Dedy Mulyana, 2005:41)
Menurut Harold D. Lassewel (Mulyana, 2002:62) cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : Who (siapa), Says What (mengatakan apa), In Which Channel (dengan saluran apa), To Whom (kepada siapa), With What effect (dengan pengaruh bagaimana).
Komunikasi dapat berlangsung dengan atau tanpa media. Komunikasi dengan menggunakan media yang ditujukan kepada khalayak disebut komunikasi massa (mass communication).  Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri, 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator an komunikan secara missal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek. Sedangkan menurut ahli komunikasi lainnya, Joseph A. Devito merumuskan komunikasi massa yakni pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini berati bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menggunakan media massa. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio visual (Ardianto,2003 : 11).
Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi, nampaknya tidak ada perbedaan mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai komunikasi massa. Dari pengertian-pengertian yang ada, maka dapat diketahui karakteristiknya yaitu :
1.    Komunikator terlembaga
2.    Pesan bersifat umum
3.    Komunikannya anonim dan heterogen
4.    Media massa menimbulkan keserempakan
5.    Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan
6.    Komunikasi bersifat satu arah
7.    Stimulasi alat indra “terbatas”
8.    Umpan balik tertunda (Delayed)
Namun dalam severin dan Tankard (2007:4) menurut Wright (1959), perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam definisi komunikasi yang mempunyai tiga ciri yaitu :
1.    Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relative besar, heterogen dan anonim.
2.    Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bias mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.
3.    Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
Menurut Jalaluddin Rakhmat (1995: 189), komunikasi massa diartikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada khlayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui media cetak dan elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serempak dan sesaat. Sedangkan menurut Nimmo, komunikasi massa melintas pembagian struktural di dalam masyarakat seperti ras, pekerjaan, wilayah, agama, kelas sosial dan partai politik untuk menarik khalayak yang terdiri atas orang-orang yang bertindak terutama sebagai individu bukan sebagai anggota kelompok. Khalayak komunikasi massa adalah khalayak yang besar, heterogen,, anonym. Ini berati proses yang terjadi antara iklan di televisi dengan pemirsanya adalah suatu proses komunikasi massa.


5.2 Media Massa
Jika khalayak tersebar tanpa diketahui dimana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, radio, dan televisi. Media massa memiliki ciri khas yaitu berkemampuan memikat khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous) yakni pers, TV, radio, surat kabar, dan majalah (Effendy, 2000:24).
Dalam hal ini, media yang akan dibahas adalah media televisi. Televisi yang muncul di masyarakat diawal decade 1960-an semakin lama semakin mendominasi komunikasi massa dikarenakan sifatnya yang memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak.

5.3 Televisi
Televisi adalah alat penangkap siaran bergambar. Televisi berasal dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Televisi adalah salah satu media dalam komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia (Arianto dkk, 2004:125). Televisi merupakan media yang paling banyak menarik perhatian komunikan karena kelebihannya yang mampu menyatukan unsur audio dan visual sekaligus. Televisi memiliki keuntungan atas pesannya yang bisa dilihat serta didengar dalam waktu yang bersamaan (Suhandang, 2005:89). Hal yang lain yang mendukung pengaruh kuat televisi adalah karena televisi memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemirsanya, misalnya mengubah dan membentuk pandangan, sikap, dan persepsi orang yang menontonnya.
Televisi merupakan jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen. Seperti halnya media massa lainnya, televisi mempunyai fungsi sebagai penerangan, pendidikan, dan hiburan.
Televisi muncul di masyarakat diawal decade 1960-an dan semakin lama semakin mendominasi komunikasi massa. Hal ini disebabkan karena televisi mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan khalayaknya
5.4 Iklan
Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada khalayaknya melalui suatu media (Kasali, 1995:9).
Menurut Praktisi Periklanan Inggris (dalam Jefkins, 1997:5), iklan adalah pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya.
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa iklan adalah suatu proses komunikasi yang berfungsi untuk menyebarkan informasi, ide, atau gagasan melalui media tertentu yang bertujuan untuk mempengaruhi khalayak agar mereka membeli produk yang diiklankan.
Bermacam-macam cara dilakukan oleh iklan dalam mengkomunikasikan barang atau produk yang dipasarkan. Ada yang menggunakan motto atau slogan yang mudah diingat dan dihafal oleh konsumen atau melalui pendekatan kultural yaitu dengan menggunakan publik figur atau tokoh yang dikenal oleh masyarakat sebagai model iklannya. Hal ini dilakukan agar konsumen tertarik terhadap barang atau produk yang di iklanlan (Kasali, 1995:9).
5.5 Teori AIDDA
Para ahli komunikasi berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi sebaiknya menggunakan A-A procedure atau from attention to action procedure, yang berati komunikan dalam melakukan kegiatan dimulai dahulu dengan menumbuhkan perhatian. A-A procedure sebenarnya merupakan penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat menjadi AIDDA. AIDDA adalah singkatan dari Attention (Perhatian), interest (minat), Desire (Hasrat), Decision (Keputusan), Action (Kegiatan).
Berdasarkan teori AIDDA, menurut Effendy (2005:25) perhatian adalah upaya yang harus bisa dibangkitkan oleh komunikator kepada komunikannya baik melalui gaya bicara dengan kata-kata yang merangsang maupun melalui penampilan agar komunikan merasa tertarik.
Apabila perhatian sudah berhasil dibangkitkan, kini menyusul upaya menumbuhkan minat (Interest), yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat merupakan kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya suatu hasrat (Desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan oleh komunikator. Jika hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, maka bagi komunikator ini belum berati apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya suatu keputusan (Decision), yaitu keputusan untuk melakukan kegiatan (Action) sebagaimana yang diharapkan oleh komunikator (Kasali, 1995:83-86).
Dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa iklan XL Versi Baim adalah sebagai komunikator yang menyampaikan pesan-pesannya kepada komunikan (khalayak sasaran), yaitu Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISID USU angkatan 2008-2009 dengan tujuan untuk menarik perhatian agar pesan yang disampaikan oleh produk tersebut dapat diterima (hingga khalayak tersebut ingin melakukan tindakan pembelian).
Penerimaan pesan-pesan yang ditawarkan oleh iklan XL Versi Baim kepada khalayak sasarannya (Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2008-2009) ini melalui beberapa tahapan tetapi dalam penelitian ini hanya3 terbatas pada minat dari responden tidak sampai pada keputusan untuk membeli. Adapun tahapan itu meliputi :
1.      Perhatian (Attention), yaitu khalayak melihat dan memperhatikan iklan XL Versi Baim yang ditayangkan di Televisi. Perhatian ini muncul karena iklan ini dikemas sedemikian rupa dengan alur cerita dan pemilihan publik figur yang tepat sehingga kelihatan menarik.
2.      Kepentingan (Interest), yaitu setelah perhatian khalayak terfokus pada iklan yang ditampilkan, maka perhatian tersebut dapat berubah menjadi minat jika menggunakan kata-kata atau kalimat yang menarik sehingga menimbulkan rasa ingin tahu lebih jauh lagi mengenai produk yang diiklankan tersebut.
3.      Keinginan (Desire), yaitu kebutuhan atau keinginan khalayak untuk memiliki, memakai atau melakukan sesuatu harus dibangkitkan yakni dari proses ada rasa kepentingan atau ketertarikan terhadap iklan XL Versi Baim lalu timbul keinginan untuk menjadi seperti figur yang ada dalam iklan tersebut.
5.6 Minat Beli dan Remaja
Seorang komunikator akan dapat melakukan perubahan sikap dan tingkah laku komunikan apabila komunikan merasa adanya persamaan antara komunikator dengannya. Komunikator harus dapat menyamakan diri dengan komunikannya agar dapat menimbulkan simpati komunikan terhadapnya. Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan merupakan langkah awal suksesnya komunikasi. Apabila perhatian komunikan lebih terbangkitkan, maka selanjutnya diikuti dengan upaya menumbuhkan minat (Interest) yang merupakan kelanjutan dari perhatian.
Perhatian merupakan gejala psikologi dalam diri seseorang yaitu proses dimana suatu objek atau kondisi dalam lingkungan orang yang bersngkutan merupakan hal-hal yang memberikan dorongan. Seseorang yang digariahkan untuk memberikan respon-respon (Djoenasih Sunarjo, 1983:62).
Menurut Onong U. Effendy (2000:103) minat adalah perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan yang diharapkan. Jadi, minat beli adalah suatu sikap yang dapat menimbulkan hasrat dan perhatian terhadap sesuatu dan timbul keinginan untuk membeli sesuatu :
Minat akan timbul bila ada unsur-unsur seperti :
  1. Terjadinya sesuatu hal yang menarik.
2.      Terdapat kontras yaitu antara hal yang satu dengan yang lainnya sehingga apa yang menonjol itu menimbulkan perhatian.
3.      Terdapatnya harapan akan mendapatkan keuntungan atau mungkin gangguan dari hal yang dimaksud (Pratikno, 1984:20).
Sedangkan remaja atau adolescence yang dimulai pada usia 12 tahun hingga 22 tahun adalah merupakan suatu fase dalam kehidupan manusia dimana pada saat tersebut terjadi peningkatan hormon  testoteron dan esterogen yang begitu signifikan dalam mempengaruhi kondisi kejiwaan orang tersebut, terutama dalam hal pengendalian emosinya (www.psikologi.net).

6.    Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang dicapai dan dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 1995:33)
Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial.
Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai dan sebagai bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1995:40).
Selanjutnya kerangka konsep ini dijabarkan dalam tiga variabel, yaitu :
1.      Variabel bebas / Independent Variabel (X)
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor yang mempengaruhi unsur lain (variabel terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah iklan XL Versi Baim di televisi swasta.
2.      Variabel terikat / Dependent Variabel (Y)
Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor yang muncul karena dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat beli mahasiswa.
3.      Variabel antara / Intervening Variabel (Z)
Variabel antara adalah variabel yang berada diantara variabel bebas (X)  dan variabel terikat (Y) yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel X dan Y. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

7.    Model Teoritis
Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, maka dapat digambarkan model teoritis dari penelitian ini yaitu :
Gambar :
 






8.    Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian.

Variabel Teoritis
Variabel Operasional



1.      Variabel Bebas ( X )
Iklan XL versi Baim


1.      Figur Iklan
2.      Daya tarik pesan
3.      Kejelasan pesan
4.      Tata gambar
5.      Slogan


2.      Variabel Terikat ( Y )
Minat Membeli

1.      Perhatian (Attention)
2.      Ketertarikan (Interest)
3.      Keinginan (Desire)

3.      Variabel Antara ( Z )
Karakteristik Responden

1.      Usia
2.      Pendidikan
3.      Uang saku
4.      Frekuensi menonton

9.    Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan unsur penelitian untuk mengetahui bagaimana caranya mengukur suatu variabel dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi alamiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. (Singarimbun, 1995:46).
Adapun definisi opersional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Variabel Bebas (X)
Variabel Bebas (Iklan XL Versi Baim yang ditayangkan di Televisi swasta Indonesia) tediri dari :
1.    Figur iklan adalah artis / tokoh yang terkenal yang dipilih untuk berperan dalam suatu iklan dan mewakili produk tersebut.
2.    Daya tarik pesan adalah kandungan pesan yang menarik dan memiliki arti bagi khalayaknya yang memiliki kecocokan dan manfaat dengan sistem nilai yang berlaku sehingga menimbulkan reaksi bagi khalayak untuk menyukai atau tidak menyukai suatu iklan.
Didalam pesan iklan tersebut harus terdapat kejelasan pesan yaitu suatu pesan harus disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga memiliki kesamaan arti antara komunikator dan komunikannya. Tata gambar berati suatu penataan gambar dalam suatu iklan yang dapat menarik minat khalayaknya. Dan slogan yang merupakan untaian bahasa atau kata-kata yang mampu menarik minat komunikan.

2.    Variabel Terikat (Y)
Variabel Terikat (Minat Beli Mahasiswa), terdiri dari :
1.    Perhatian (Attention) terhadap iklan dan produk adalah adanya perhatian terhadap penayangan suatu iklan yang dirasakan menarik untuk dilihat, didengar dan dinikmati kemunculannya di teleevisi  .
2.    Ketertarikan (Interest) adalah  adanya perhatian terhadap suatu iklan yang akan menimbulkan ketertarikan terhadap produk yang diiklankan tersebut.
3.    Keinginan (Desire) adalah timbulnya keinginan dan hasrat untuk bertindak sesuai dengan yang disukainya.
4.    Kebutuhan adalah suatu keadaan dan perasaan kekurangan akan kebutuhan dasar.
5.    Sikap membeli adalah dorongan untuk membeli suatu produk.
3.    Variabel Antara (Z)
Variabel  Antara adalah karakteristik responden, yang tediri dari :
1.    Usia adalah tingkat kedewasaan seseorang dan umur responden.
2.    Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir dari responden.
3.    Uang saku per bulan adalah uang saku yang diberikan oleh orang tua atau jumlah pendapatan respondennya per bulan.
4.    Frekuensi menonton adalah seberapa sering responden melihat iklan yang ditayangkan oleh televisi.

10.     Hipotesa
Secara etimologis hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis. Hypo berati kurang dan thesis berati pendapat. Jadi, hipotesis merupakan kesimpulan yang belum sempurna, sehingga perlu untuk disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan (Burhan Bungin, 2001:90).
Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu, yang keandalan biasanya tidak diketahui. Dengan hipotesis penelitian menjadi tidak mengambang, karena dibimbing oleh hipotesis tersebut.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho          = Tidak terdapat hubungan antara iklan XL Versi Baim dan minat beli mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2008-2009.
Ha          = Terdapat hubungan antara XL Versi Baim dan minat beli mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2008-2009.

11.     Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi variabel yang lain (Rakhmat, 2004:27). Dalam hal ini adalah adalah pengaruh iklan XL versi Baim dan minat beli Mahasiswa. Metode ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan berati tidaknya hubungan itu.

11.2     Lokasi Penelitian
               Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, Jln. Dr. Sofyan No. 1 Medan 20155.

11.3     Populasi dan Sampel
a.    Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan diteliti. Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya. Sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Burhan Bungin, 2001:101).
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2008-2009.

b.   Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan cara tertentu (Nawawi, 2001:144). Dalam buku yang berjudul Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Arikunto (1998:120) mengatakan jika jumlah populasi hanya berkisar 100 ke bawah maka sebaiknya jumlah sampel adalah jumlah keseluruhan populasi (total sampling), sehingga penelitian merupakan penelitian populasi, namun jika subjeknya besar maka diambil antara 10-15% atau 20-25% dari jumlah keseluruhan populasi.

11.4      Teknik Penarikan Sampel
a.    Purposive Sampling, pengambilan sampel yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2008-2009.
b.    Accidental Sampling, pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara memilih siapa saja yang kebetulan ditemukan di lokasi penelitian untuk dijadikan sebagai sampel (Kriyantono, 2006:156).

11.5      Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.         Kuisioner, yang digunakan untuk mendapatkan dua pelengkap yang berkenaan dengan masalah penelitian.
b.        Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan data yang ada mengenai permasalahan dengan membaca atau mencari literatur yang bersangkutan dengan penelitian, untuk mendukung penelitian ini dari berbagai literatur dan sumber-sumber lain.

11.6      Teknik dan Analisis Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995:263). Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisa, yaitu:
a.      Analisa Tabel Tunggal
Analisa tabel tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari dua kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:266).

b.      Analisa Tabel Silang
Analisa tabel silang merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel  lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif dan negatif (Singarimbun, 1995:273).
12.    Hipotesis
Cara untuk mengetahui apakah hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini ditolak atau diterima. Untuk menguji tingkat hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, maka peneliti menggunakan rumus Korelasi Tata Jenjang yang dikemukakan oleh Spearman (Suharsimi Arikunto, 2003:247).
                                       6∑D²
               rho xy = 1 -  -------------
                                     N (N² – 1)
                    
Keterangan :
rho xy      = Koefiensi korelasi tata jenjang
D            = Difference, yaitu beda antara jenjang setiap subjek
N            = Banyak subjek
Korelasi tata jenjang juga disebut dengan rank-diffeernce correlation atau rank order correlation. Korelasi tata jenjang digunakan untuk menentukan hubungan dua gejala yang kedua-duanya merupakan gejala ordinal atau tata jenjang.
Untuk indeks korelasi, dapat diketahui dengan adanya empat hal, yakni arah korelasi, ada tidaknya korelasi, interpretasi mengenai tinggi rendahnya korelasi dan signifikan tidaknya harga.
Arah korelasi, dinyatakan dalam tanda “+” (plus) dan “-“ (minus). Tanda “+” (plus) menunjukkan adanya korelasi sejajar searah dan tanda “-“ (minus) menunjukkan korelasi sejajar berlawanan arah.

Korelasi +        = “Makin tinggi nilai X, maka makin tinggi nilai Y” atau “kenaikan nilai X diikuti dengan nilai Y”.
Korelasi -         = “Makin tinggi nilai X, maka makin rendah nilai Y” atau “kenaikan nilai X, diikuti penurunan nilai Y”.
Ada tidaknya korelasi, dinyatakan dalam angka indeks. Betapapun kecilnya indeks korelasi, jika bukan 0,0000, dapat diartikan bahwa antara kedua variabel yang dikorelasikan terdapat suatu bentuk korelasi. Interpretasi tinggi rendahnya korelasi dapat diketahui juga dari besar kecilnya angka dalam indeks korelasi. Makin besar angka dalam indeks korelasi, makin tinggilah korelasi kedua variabel yang dikorelasikan.


13.  Sistematika Penulisan
BAB 1             PENDAHULUAN
                        1.1  Latar Belakang Masalah
                        1.2  Perumusan Masalah
                        1.3  Pembatasan Masalah
                        1.4  Tujuan dan Manfaat Penelitian
                        1.5  Kerangka Teori
                        1.6  Kerangka Konsep
                        1.7  Model Teoritis
                        1.8  Opersional Variabel
                        1.9  Definisi Operasional
                        1.10 Hipotesa
                        1.11 Metodologi Penelitian
                        1.12 Hipotesis
                        1.13 Sistematika Penulisan

BAB II            LANDASAN TEORI
 2.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa
 2.2 Media Massa
 2.3 Televisi
 2.4 Iklan
 2.5 Teori AIDDA
 2.6 Minat Beli dan Remaja

BAB III                                          METODOLOGI PENELITIAN
 3.1 Metodologi penelitian
 3.2 Deskripsi Lokasi Penelitian
 3.3 Populasi dan Sampel
 3.4 Teknik Penarikan Sampel
 3.5 Teknik Pengumpulan Data

BAB IV                                          HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1     Analisis Tabel Tunggal
4.2     Analisis Tabel Silang
4.3     Uji Hipotesa

BAB V            KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka



DAFTAR PUSTAKA
Ardianto,  Elvinaro. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbosa Rekatama Media.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta
Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial, Formatif Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya : Airlangga University Press
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Jefkins, Frank. 1996. Periklanan. Penerjemah Haris Munandar. Jakarta : Erlangga..
Kasali, Rhenald. 1992. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.
Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : Citra Aditya
Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : UGM Press
Pratikno, Riyono. 1987.  Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi, Dilengkapi Contoh Analisis Statististik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES

Sumber Lain:
www.psikologinet.net
http://nevpetzone.co.cc/sour-band-jepang-yang-mv-nya-dijiplak-iklan-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar